Sabtu, 05 September 2015

Menyisir Barak


Hari itu Kamis, 11 Desember 2014, aku dan kawan-kawan guru berkunjung ke barak beberapa siswa di sekitar Gunung kudung, Kecamatan Bengalon, Kutai Timur. Mengapa Barak? Barak itu area pemukiman untuk karyawan perusahaan PT. Anugerah Energitama. Barak ini benar-benar memperihatinkan karena bangunan non permanen dengan bahan dasar kayu berdiri tegak untuk melindungi setiap keluarga dari teriknya matahari serta badai air yang sering menerpa daerah Gunung Kudung. Hal yang biasa untuk sebagian besar karyawan yang notabene berasal dari Sulawesi kata pak Qomar, Sopir sekolah kami.
Aku benar-benar perihatin dengan keadaan mereka, apalagi siswa yang berada di sana benar-benar sangat kekurangan perhatian, terbukti ada salah satu siswa yang di sana dipukul dan dicaci oleh orang tuanya. Bayangkan ketika mereka makan, mandi, minum, dan belajar. Dengan segala keterbatasan mereka masih bertahan hidup. Aku sangat malu dengan keadaan mereka, mereka dapat bertahan hidup dengan ceria. Setelah beberapa menit berkunjung, Kepala sekolah kami mengajak beberapa anak untuk kembali ke sekolah, dan membujuk orang tuanya untuk mengarahkan anaknya dengan baik. Kemudian, kami berdalih ke tempat lain dengan harapan baru, semoga mereka tetap semangat belajar.

Jauh dari barak, kami beranjak ke arah Wahau. Kami tiba di tempat salah satu anak kelas 1 yang orang tuanya broken home. Setelah beberapa menit kepala sekolah kami dengan segala kepiawaian berbicaranya, kami menuju tempat anak kelas II, yaitu anak didikku. Sayang sekali orang tuanya tidak ada, karena pergi ke Wahau. Anak ini sangat memperihatinkan karena keluarganya tidak jelas, orang tuanya bercerai dan tidak tahu asal usulnya. Anak mereka yang dikorbankan. Sebenarnya anak ini pintar, tetapi karena kurang perhatian jadi aktifnya minta ampun, mungkin lebih condong ke kurang terkendali. Tugasku agak berat untuk mendidik dia, tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin karena aku tulus mendidiknya dan anak-anak yang lain. Dia tidur semaunya dia karena tidak mempunyai tempat tinggal yang jelas.

Setelah beberapa menit ngobrol dengan kakaknya kami beranjak pulang dan mampir ke tempat salah satu anak didikku lagi. Dia bermasalah dengan belajarnya, karena saat belajar di sekolah, dia belum bisa membaca. Selanjutnya aku berinteraksi dengan ibunya. Ini pengalaman baruku untuk berbicara tentang perkembangan anak didik. Wahhh…amazing menurutku, karena pendidikan orang tuanya itu SD jadi pemilihan kata juga harus sederhana. Setelah beberapa menit saya ngobrol dan kami pulang dengan oleh-oleh pisang dari salah satu wali muridku. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Berkah dalem

0 comments:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 Yosep Heri Kristianto
Theme by Yusuf Fikri