Banyak orang mengatakan
bahwa “Hidup Ini tidak adil, mengapa harus aku?”. Pernyataan hidup ini tidak
adil muncul karena ada kesenjangan antara hal yang diinginkan tidak sebanding
dengan kenyataan. Kesenjangan tidak semuanya mutlak harus ditolak atau
dihindari. Banyak hal positif yang dapat kita ambil dari kesenjangan tersebut,
percaya atau tidak? Ketika kesenjangan itu merupakan suatu proses kehidupan,
tidak seharusnya kita mentah-mentah menolaknya. Sedikit menghirup nafas,
kemudian baru berpikir panjang tentang kesenjangan tersebut. Banyak hal yang
dapat mengimajine kesenjangan berujung pada keberhasilan. Seperti, seorang pria
yang ditolak cintanya oleh wanita idaman yang diinginkan. Ketika kita ditolak,
perasaan sakit mengharu biru fisik dan qalbu. Hadapi dengan penuh kesabaran,
dengan pergi ke tempat yang hijau sejuk nan indah, kemudian hirup nafas
dalam-dalam. Pikiran dan hati akan menemukan titik equilibrium untuk
memenangkan sisi positif daripada sisi
negatif dari penolakan yang diterima. Dengan ketenangan yang dimiliki, pria
tersebut akan mengintrospeksi diri, bahawa penolakan bukan berarti dibenci,
mungkin ada hal lain yang harus diperbaiki dalam dirinya, atau mungkin kurang
usaha lebih untuk dapat meluluhkan wanita tersebut. Kesenjangan yang dia alami
ini merupakan suatu proses kehidupan untuk tetap dinikmati dan dihadapi. Itulah
kesenjangan positif yang dapat digambarkan melalui penolakan perasaan cinta. Karena
hidup itu adalah masalah, maka semua yang berkaitan dengan kehidupan adalah
masalah. Contoh tersebut memang
subyektif sekali, tergantung bagaimana sikap kita menghadapi suatu hal, paling
tidak ada solusi konkret di dalamnya.
Banyak hal yang dapat
kita temukan di sekeliling bahkan di dalam hidup kita sendiri tentang
kesenjangan-kesenjangan yang bersemayam sejenak di dalam kehidupan. “kesenjangan
adalah sebuah tantangan yang harus dinikmati”, kalimat motivasi yang dapat
dijadikan prinsip kehidupan. Banyak energi terkuras karena kita terlalu memikirkan
hal yang tidak seharusnya kita pikirkan. Mengapa kita tidak bertumpu pada
ekspetasi kita? Mungkin banyak yang akan menjawab “terserah aku mau gimana”, “itu
tergantung orangnya”, “kenapa sih mikirin orang?”. Segala kemungkinan pasti
ada, karena itu adalah bagian dari manajemen resiko.
Jangan mengukur
seberapa besar masalah yang dihadapi, tetapi cobalah mencari solusi dari
masalah yang dihadapi. Solusi yang konkret yang dapat kita gunakan sebagai
rekomendasi yaitu mengembangkan dan memajukan kualitas diri. Banyak cara
bagaimana mengembangkan dan menjaga kualitas diri, tetapi kita harus mengetahui
kelebihan dan kekurangan pada diri kita. Potensi yang ada dalam diri akan mati jika kita tidak mengetahuinya. Di
dalam firman termaktub "Tetapi
carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Banyak tafsiran
tentang arti dari Kerajaan Allah, tetapi semua baik adanya. Seperti mengmbangkan
kualitas diri, entah untuk pendidikan, sosial, religi, atau yang lain. Nikmati prosesnya,
hasil pasti akan mengikuti, tetapi tidak semata-mata untuk hasil yang
diutamakan.
Proses tidak lepas dari waktu, dalam artian ketika proses
yang deterima tidak akan memperhitungkan waktu yang ada. Oleh karena itu,
manajemen waktu seefisien mungkin agar tetap terjaga pengalaman yang akan kita
terima. Berdoa dan mengucap syukur di saat teduh, entah malam dan pagi hari. Dari
doa, ketenangan pasti kita dapatkan, yang berarti dapat berpikir jernih untuk
menyelesaikan suatu masalah. Dari berdoa turun ke perencanaan, “mau di bawa ke
mana hari ini?” segala perencanaan dituangkan ke dalam tulisan buku diary agar
tidak terlewatkan. Kita harus berkomitmen dan konsekuen dengan rencana
tersebut, karena kualitas diri akan tetap terjaga jika kita mempertahankan
prinsip. Biarkan hari ini menjadi indah dengan senyum, sapa, dan salam. Sempatkanlah
di dalam rencanamu agenda olahraga walau sebatas push up dan atau sit up, dengan olahraga kebuagaran dapat terjaga. Lakukan
aktivitas di luar zona nyamanmu, ambil resiko yang paling tinggi. Usahakanlah tepat
waktu disegala hal agar orang disekitar kita merasa nyaman dengan kehadiran
kita, selain itu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai deadline. Intinya dengan segala keyakinan atas apa yang kita
kerjakan, proses kehidupan dan pengalaman berharga akan dapat kita nikmati
sebagai cambuk untuk mengembangkan kualitas dan menjaga kualitas diri. Aksi
bukan berarti “eksis” bukan berarti “narsis” tetapi tanda kualitas diri. Go Ahead!
0 comments:
Posting Komentar