Sabtu, 05 September 2015

Berpisah Untuk Kembali


Hari mulai berganti dan tak bisa kuhindari. Kalimat yang pas untuk menggambarkan keaadaanku saat itu setelah lulus kuliah (baca = wisuda). Euforia pesta kelulusanpun masih terasa dibenak dan dihatiku. Kesedihan dan kegembiraan menyatu tanpa memandang status sosial, jenis kelamin, dan perbedaan umur. Kesedihan yang kurasa ketika harus merasakan bahwa nanti akan berpisah demi meraih cita-cita, sedangkan perasaan gembira ketika usai sudah masa S1 dengan hormat, hehehe… (baca = pernah keluar dari S1 ketika belum wisuda).
Perpisahan kulalui dengan rasa haru biru dan akupun tak bisa menahan air mataku yang aku anggap mahal ini. Tetesan air mataku menandakan waktu senang-senang, waktu foya-foya semasa kuliah telah usai. Mereka yang selalu menemaniku semasa itu adalah Rully, Dwi, Andi “Eng”, Dicky, Puji, Miftah, Rizal, Agung, Anas, Zudy, Wawan, Tofa, dan teman yang lainnya yang tak bisa kusebutkan satu persatu. Mereka ada ketika aku sedang sibuk dengan skripsiku, hehe..sebenarnya agak payah juga tapi entah kenapa tak ku jadikan beban, malahan mereka yang menemaniku saat suntuk tiba.
Kebersamaan yang selalu kami jalani di manapun kami berada akhirnya harus terpisahkan sementara waktu karena kami harus meraih cita-cita. Aku yang sudah mendapat pekerjaan sebelum wisuda harus mencari pekerjaan lain karena keraguanku tinggal di Kalimantan. Sedangkan teman-temanku yang lain masih mencari pekerjaan di bursa pekerjaan atau saat Job Fair. Setelah aku timbang-timbang dan aku pilih-pilih, aku memutuskan untuk bekerja di Kalimantan. Aku tak pernah tahu keadaan yang sebenarnya seperti apa karena memang belum pernah sama sekali menyeberang pulau. Aku memutuskan untuk ke sana karena salah satu pertimbanganku adalah menaiki pesawat pertama kali. Ini adalah alasan bodoh dan tidak memikirkan risiko yang lebih jauh lagi.
Singkat cerita, aku pulang ke Sidareja dengan perasaan senang karena bertemu dengan ibu, bapak, keponakan, kakak dan yang lainnya. Sekitar 10 hari aku berada di rumah dengan berbagai kegiatan yang ada. Aku merasa menikmati kegiatan yang ada, seperti mencuci piring, membantu bapak dalam proses merebus kedelai dengan jumlah banyak, dan banyak kegiatan lainnya. Hari terus berganti hingga pada akhirnya aku harus berpisah dengan mereka. Perasaan hancur, sedih, dan gelisah menjadi satu, karena tidak ada perasan gembira sediktpun yang menyangkut di hati. Ibu menunjukkan kesedihannya karena air matanya terus bercucuran seiring perpisahan kita. Kemudian bapak yang jarang sekali aku melihat menangis hanya menitip pesan “ati-ati ya, jaga diri baik-baik”. Suaranya terlihat rintih dan sendu. Aku tau itu dalam banget ketika bapak memberi nasihat kepadaku. Aku tak bisa menahan air mataku di dalam keramaian karena saat itu aku berangkat ke Solo dengan berkereta api. Aku selalu memabayangkan wajah orang tuaku di setiap perjalananku menujuju Solo. Hal ini pertama kalinya kami harus berpisah lebih jauh karena aku harus berada di pulau yang berbeda, Kalimantan Timur. Aku percaya bahwa perpisahan ini bukan berarti berpisah selamanya, melainkan untuk kembali dan berbagi kebahagiaan dengan keluarga serta sahabat. Salam semangat!

0 comments:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 Yosep Heri Kristianto
Theme by Yusuf Fikri