Minggu, 14 Januari 2018

Paradigma Sang Inspirator

Sosok Inspiratif
Munif Chatib, itulah sapanya dengan penuh kewibawaan dan kecerdasan alami yang dimilikinya. Ketika aku membaca buku best seller tentang sekolahnya manusia dan Gurunya Manusia yang dibuatnya, jiwaku merasa tergerak untuk melakukan sebuah perubahan di dalam dinamika pendidikan Indonesia. Abstrak? aku rasa tidak. Aku selalu optimis dengan cita-citaku dan cita-cita pendidikan Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina) dalam kutipan buku Gurunya Manusia, "Stop cursing darkness, let's light  more and more candles". Kenapa harus lilin? kalian pasti tahu apa itu lilin dan kegunaannya. Lilin merupakan salah satu sumber cahaya jika sumbunya dinyalakan. Analogi ini bermakna bahwa lilin merupakan solusi bagi suatu keremukkan pendidikan di Indonesia, dengan kata lain lebih baik menyalakan lebih banyak lilin daripada mengutuk kegelapan. Gurunya Manusia adalah guru pembelajar sampai titik nadir kehidupan. Terdapat kekuatan besar dalam pembelajaran guru jika kita amati bersama, yaitu paradigma, cara, dan komitmen.
Setelah membaca buku Gurunya Manusia, bahwa sekolah itu bukan warung. Sekolah itu institusi sumber daya manusia tingkat tinggi. butuh orang-orang yang mempunyai komitmen dan kompetensi untuk membangunnya. Ketika hakikat belajar dikembalikan kepada hakikat manusia, tidak semua orang dapat menerimanyam banyak orang yang mengangap itu mustahil. Namuan, kita harus punya keyakinan bahwa belajar itu manusiawi. Belajar itu harus menyelami kondisi siswanya, seperti sepak terjang para nabi mengajar umatny penuh tantangan untuk berhasil.

Ketika seorang guru meragukan, tidak ada anak bodoh 
di sekolahnyam bersamaan dengan itu....
ribuan guru mampu memberikan kepercayaan dirim
aku bisa, aku ada, aku punya manfaat, kepada banyak anak yang pumya hambatan.

Ketika seorang guru mengeluh, sekolahnya manusia gagal
menghadirkan nilai kognitif yang tinggi, bersamaan dengan itu....
ribuan guru bersyukur, nilai kognitif para siswanya sangat mengagumkan.

Ketika seorang guru menanggalkan fitrah kemanusiaannya,
menuhankan kognitif dengan halalkan ketidakjujuran,
bersamaan dengan itu....
ribuan guru bahagia, nilai kognitif siswanya berhasil, dengan kejujuran tinggi.

Ketika seorang guru menggerutu, sekolahnya manusai menghasilkan siswa yang nakal
dan tidak bisa diatur, bersamaan dengan itu....
ribuan guru menjadi sahabat siswanya seumur hidup,
menjadi pantikan inspirasi meraih cita-cita!

Munif Chatib, Januari 2011

Majulah Pendidikan Indonesia
Ketika aku harus beranjak untuk membaca halaman demi halaman dari buku Gurunya Manusia, aku harus bersedih sejenak. Apakah kamu tahu kenapa? Terdapat data yang menyimpulkan bahwa Indonesia memiliki kualitas pendidikan no. 2 dari bawah di seluruh negara di dunia. Tetapi tidak jauh dari negara samba yang kita kenal dengan sepak bolanya, sama-sama negara berkembang, itu gurauku. 
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Munif, "buat banyak Sekolahnya Manusisa secara mikro, tak lama lagi, Sekolahnya Manusia akan membesar seperti gelombang terdahsyat. Mereka menjadi makro".
Menyalakan lilin dalam kegelapan.
Ketika kita berbicara tentang kualitas pendidikan di Indonesia, ibarat orang sekarat tidak langsung ditangani, ditambah di"jejeli" racun. Indonesia adalah negara berkembang, belum dapat mewujudkan konsep jati diri bangsa yang sesungguhnya, yaitu negara yang Pancasialis. Merebaknya wabah "Cap Anti-Pancasila" akhir-akhir ini menjadi bukti bahwa bangsa kita sedang dilanda degradasi ideologi. Hal ini sungguh menghambat mobilitas bangsa kita yang sedang berkembang. Banyak sekelompok orang yang mengaku dirinya hebat dan menganggap sekelompok yang lainnya kurang benar. Visi dari hidup berpancasila sudah tidak berjalan semestinya. Kelabilan jiwa pemersatu bangsa terasa meranggas walau tak musimnya. Akankah akan menjadi suatu wabah yang selalu merebak? Kita tunggu jiwa muda yang kreatif dan penggebrak!



0 comments:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 Yosep Heri Kristianto
Theme by Yusuf Fikri