Hari itu Kamis, 11 Desember 2014,
aku dan kawan-kawan guru berkunjung ke barak beberapa siswa di sekitar Gunung
kudung, Kecamatan Bengalon, Kutai Timur. Mengapa Barak? Barak itu area
pemukiman untuk karyawan perusahaan PT. Anugerah Energitama. Barak ini
benar-benar memperihatinkan karena bangunan non permanen dengan bahan dasar
kayu berdiri tegak untuk melindungi setiap keluarga dari teriknya matahari
serta badai air yang sering menerpa daerah Gunung Kudung. Hal yang biasa untuk
sebagian besar karyawan yang notabene berasal dari Sulawesi kata pak Qomar,
Sopir sekolah kami.
Aku benar-benar perihatin dengan
keadaan mereka, apalagi siswa yang berada di sana benar-benar sangat kekurangan
perhatian, terbukti ada salah satu siswa yang di sana dipukul dan dicaci oleh
orang tuanya. Bayangkan ketika mereka makan, mandi, minum, dan belajar. Dengan
segala keterbatasan mereka masih bertahan hidup. Aku sangat malu dengan keadaan
mereka, mereka dapat bertahan hidup dengan ceria. Setelah beberapa menit
berkunjung, Kepala sekolah kami mengajak beberapa anak untuk kembali ke
sekolah, dan membujuk orang tuanya untuk mengarahkan anaknya dengan baik.
Kemudian, kami berdalih ke tempat lain dengan harapan baru, semoga mereka tetap
semangat belajar.
Jauh dari barak, kami beranjak ke
arah Wahau. Kami tiba di tempat salah satu anak kelas 1 yang orang tuanya
broken home. Setelah beberapa menit kepala sekolah kami dengan segala
kepiawaian berbicaranya, kami menuju tempat anak kelas II, yaitu anak didikku.
Sayang sekali orang tuanya tidak ada, karena pergi ke Wahau. Anak ini sangat
memperihatinkan karena keluarganya tidak jelas, orang tuanya bercerai dan tidak
tahu asal usulnya. Anak mereka yang dikorbankan. Sebenarnya anak ini pintar,
tetapi karena kurang perhatian jadi aktifnya minta ampun, mungkin lebih condong
ke kurang terkendali. Tugasku agak berat untuk mendidik dia, tapi aku akan
berusaha semaksimal mungkin karena aku tulus mendidiknya dan anak-anak yang
lain. Dia tidur semaunya dia karena tidak mempunyai tempat tinggal yang jelas.
Setelah beberapa menit ngobrol
dengan kakaknya kami beranjak pulang dan mampir ke tempat salah satu anak
didikku lagi. Dia bermasalah dengan belajarnya, karena saat belajar di sekolah,
dia belum bisa membaca. Selanjutnya aku berinteraksi dengan ibunya. Ini
pengalaman baruku untuk berbicara tentang perkembangan anak didik.
Wahhh…amazing menurutku, karena pendidikan orang tuanya itu SD jadi pemilihan
kata juga harus sederhana. Setelah beberapa menit saya ngobrol dan kami pulang
dengan oleh-oleh pisang dari salah satu wali muridku. Sungguh pengalaman yang
tak terlupakan. Berkah dalem
0 comments:
Posting Komentar